Home blog tutorial free css navigation free template Obral Plus Belajar buat website


Minggu, 02 Desember 2007

Kaum Beragama Negeri Ini

Tuhan,

Lihatlah betapa baik

Kaum beragama

Negeri ini

Mereka tak mau kalah dengan kaum

Beragama lain

Di negeri-negeri lain.


Demi mendapatkan ridhomu

Mereka rela mengorbankan

Saudara-saudara mereka

Untuk merebut tempat

Terdekat disisiMu

Mereka bahkan tega menyodok

Dan menikam hamba-hambaMu sendiri


Demi memperoleh rahmat-Mu

Mereka memaafkan kesalahan dan

Mendiamkan kemungkaran

Bahkan mendukung kezaliman


Yang memiliki kelebihan harta

Membuktikan

Kedekataanya dengan harta

Yang engkau berikan


Yang memiliki kelebihan kekuasaan

Membutikan kedekatannya dengan

Kekuasaannya yang engkau limpahkan


Yang memiliki kelebihan ilmu

Membuktikan

Kedekatannya dengan ilmu

Yang engkau karuniakan.


Mereka yang engkau anugerahi

Kekuatan sering kali bahkan merasa

Diri engkau sendiri

Mereka bukan saja ikut

Menentukan ibadah

Tetapi juga menetapkan

Siapa ke surga siapa ke neraka

Mereka sakralkan pendapat mereka

Dan mereka akbarkan

Semua yang mereka lakukan

Hingga takbir

Dan ikrar mereka yang kosong

Bagai perut bedug

Allah hu akbar walilla ilham.

Karya KH Mustofa Bisri

Simbol Perlindungan Keluarga

Dalam sebuah cerita fargmen kehidupan, ketika 2 orang pria kakak beradik yang ditinggal oleh kedua orangtuanya, Ibunya meninggal dan Ayahnya meninggalkan mereka dengan alasan yang mereka sendiri pun tak mengetahuinya. Adiknya yang bernama Michael pun sering hidup sendiri di rumah yang merupakan warisan orangtuanya karena kakaknya Lincoln sering meninggalkannya sendiri. Bahkan sangat jarang sekali Lincoln pulang ke rumah. Hari beralalu, Michael hidup sendiri dan mencoba menggunakan uang yang ia tahu warisan ibunya untuk sekolah dan melanjutkan ke universitas. Selalu saja setiap hari ia mengurus dirinya sendiri tanpa tahu kakaknya berada dimana dan bagaimana keadaannya. Tetapi, yang menjadi aneh ketika setiap hari Michael bangun ia selalu menjumpai kertas origami yang berbentuk angsa diletekkan di meja sebelah tempat tidurnya. Beberapa minggu sekali kakaknya menemuinya untuk sekedar bertanya akan kabar dan sekedar bertemu.

Setelah Michael mendapatkan gelar sarjana arsitekturnya ia mendapatkan kabar bahwa kakaknya ditangkap oleh polisi karena tertangkap bekerja untuk mafia dengan membunuh seseorang di sebuah tempat parkir mal. Sesaat ia sangat marah kepada kakaknya yang ia tahu jarang datang kepadanya dan sekarang Michael merasa kakaknya seperti menyusahkannya. Michael yang sangat kecewa mencoba menanyakan kenapa Lincoln melakukan hal yang begitu buruk dan ia juga menanyakan semua jatah uang kakaknya yang ia tahu itu merupakan setengah bagian warisan dari ibunya. Tapi sekali lagi kakaknya tak mampu menjelakannya kepada dia. Keesokan harinya ia bertemu dengan teman kakaknya untuk menanyakan tentang semua hal yang telah kakaknya lakukan selama ini, kemana saja uang warisan ibunya digunakan dan dimana kakaknya selama ini tinggal. Tetapi taukah apa yang ia dapatkan dari penjelasan teman kakaknya. Bahwa semua uang yang ia dapatkan selama ini untuk keperluan hidup dan melanjutkan kuliah bukan merupakan warisan ibunya, tetapi uang hasil kakaknya meminjam kepada mafia.

Kakaknya sengaja berbohong bahwa uang itu merupakan warisan ibunya karena dia yakin adiknya pasti tak akan mau menerima uang pinjaman dari orang lain apalagi dari mafia. Ketika malam tiba Michael membaca sebuah surat yang tersimpan di dalam laci meja kerjanya dan diiringi dengan kertas-kertas origami angsa tersebut. Ia semakin mengerti akan arti dari origami angsa yang sering muncul di atas mejanya saat ia bangun dari tidurnya bahwa itu merupakan lambang perlindungan dalam satu keluarga. Ternyata setiap ia tidur kakaknya selalu datang ke dalam kamarnya dan selalu meninggalkan kertas origami angsa tersebut.

Ternyata kertas yang dilipat yang secara kasat mata sangat sederhana tersebut memiliki makna yang begitu mendalam. Bukan hanya nilai seninya yang apik tetapi lebih dari itu semua, yaitu makna perlindungan dalam satu keluarga. Maka tidak ada yang lebih kita syukuri ketika kita memiliki saudara. Bersaudara itu penuh akan pengertian, cinta dan rasa percaya. Dan semakin dekatnya masa hidup kita, maka saudara adalah harta kita yang paling berharga.

Sebuah cerita yang merupakan kutipan dari salah satu serial drama yang menurut saya bagus kalau kita bisa mengambil maknanya. Tetapi kalau kita coba lihat lebih universal bahwa makna keluarga bukan hanya adik saudara kandung yang kita miliki. Semua orang yang mengaku muslim adalah saudara kita. Dalam salah satu hadis Nabi Muhammad SAW pun mengatakan hal yang bernada sama. Sorang muslim merupakan saudara bagi muslim yang lainnya. Bahkan lebih erat lagi Nabi Muhammad SAW mengatakan umat islam itu laksana satu tubuh. Jika yang satu sakit maka yang lainnya pun merasakan hal yang sama.

Menjadi sangat paradoks ketika kita melihat realita sekarang. Banyak sekali konflik yang didasarkan akan perbedaan antar sesama umat muslim.

Ada apa dengan perbedaan?

Ataukah kita menyalahkan perbedaan atas semua konflik yang terjadi?

Bukankah perbedaan itu merupakan rahmat? Lalu kenapa kita tidak bersyukur akan datangnya rahmat tersebut. Inilah yang menjadi PR umat yang harus diselesiakan sesegera mungkin, karena sudah sepatutnya tali ukhuwah umat islam harus dijadikan prioritas. Seperti halnya masalah Indonesia dengan Malaysia, tidakkan kalian melihat kejanggaalan, kita yang sudah lama bertetangga dengan Malaysia tetapi seakan-akan kata persaudaraan menjadi sangat mahal.

Tidakkah kita melihat kejanggalan?

Setelah perdana mentri Malaysia, Mahatir Muhammad, mengatakan umat islam harus bersatu sesegera mungkin sebelum terlambat, ternyata konflik antara Indonesia dan Malaysia semakin sering terjadi. Dan anehnya lagi pernyataan perdana mentri Malaysia tersebut tidak diekspose di media-media dunia.

Tidakkah kita melihat kejanggalan?

Ternyata berpikir dari berbagai sudut menjadi sangat penting ketika kita mengalami suatu konflik. Masih banyak hal yang harus kita klarifikasi atas apa saja yang menyebabkan konflik terjadi dan siapa sebenarnya yang melatar belakangi konflik tersebut. Kedewasaan kita pasti akan membawa kita melihat suatu konflik lebih mendalam karena begitulah seharusnya kita.

Jagalah Persaudaraan ini...

Bergesernya Timbangan Prioritas

Masih ingatkah kita ketika kita baru masuk sekolah, setiap hari guru-guru kita menanyakan apa yang kita cita-citakan kelak, apa yang akan kita lakukan ketika kita nanti dewasa. Kata-kata yang saya yakin pasti akan diingat oleh semua anak di Indonesia bahkan semua anak di dunia ini. lalu masih ingatkah kita apa yang dulu kita katakan untuk menjawab pertanyaan guru-guru kita, setidaknya kita pasti menjawab dengan suara lantang apa yang benar-benar kita cita-citakan pada saat itu. Namun seiring berjalannya waktu, semua realita tersebut seakan bergeser. Kalau dulu kita sering mendengar banyak anak-anak yang ingin menjadi polisi, presiden, bahkan tentara. Berbeda dengan sekarang, banyak anak yang menginginkan dirinya sebagai seorang penyanyi ataupun menjadi seorang artis terkenal. Benar sekali bahwa tidak ada pekerjaan yang lebih baik atau yang lebih buruk, semua itu tergantung apakah pekerjaan itu dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan terlebih lagi dapat memberi dapmpak positif bagi lingkungan sekitar. Kita tidak akan membicarakan mengenai cita-cita apa, salah atau benarrnya cita-cita tersebut, tetapi kita mencoba melihat akan peregeseran pandangan pada anak-anak dan orangtuanya mengenai apa yang mereka pikirkan mengenai sebuah cita-cita.

Dulu banyak orangtua yang menginginkan anaknya menjadi seorang cendikiawan, seorang pemimpin yang cerdas, ataupun menjadi seorang pejuang seperti layaknya pangeran dipenogoro. Mereka berpkir betapa bangganya ketika anak mereka menjadi oarang yang berguna bagi bangsa dan masyarakat. Dimana kehadirannya memberikan dampak positif dan meringankan beban hidup masyarakat yang kita tahu pada masa dahulu Indonesia masih berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan. Mereka mampu memberikan seluruh hartanya hanya untuk anknya bersekolah ke kota. Sebenarnya apa yang mereka pikirkan dengan menyumbangkan seluruh hartanya, karena mereka yakin dan percaya dengan pendidikan maka kesengsaraan yang telah mereka alami dulu akan diringankan oleh anak cucu mereka.

Namun setelah indonesia merdeka selama lebih setengah abad, setelah masa penjajahan berakhir dan begitupula kesengsaraan fisik, pemikiran tersebut seakan menjadi barang langka, ya mungkin karena banyak orang yang berpikir sekarang penjajahan telah berakhir dan kita tidak perlu lagi berjuang keras agar menjadi seorang cendikiawan. Kemana kebanggaan yang dulu selalu para orang tua banggakan terhadap anaknya ketika anaknya menjadi seorang cendikiawan?

Akhir-akhir ini terlihat seakan timbangan prioritas pada masyarakat Indonesia tidak seimbang lagi. Banyak yang lebih memprioritaskan persoalan dunia hiburan dan seni diatas persoalan ilmu pengetahuan dan pendidikan. Apakah kita akan mendapat keuntungan dari suatu hal yang mengandung kerugian? Sudah seharusnya kita kembali menyeimbangkan timbangan prioritas kita dan berhati-hati terhadap media. Berhati-hati terhadap imprealisme kultural dimana seakan-akan budaya yang baik yang kita miliki dianggap sudah kadaluarsa dan sudah tidak cocok pada zaman sekarang.

Teruntuk saudaraku yang telah berubah...

 
Template by : uniQue template  |  Modified by : Owner Blog