Home blog tutorial free css navigation free template Obral Plus Belajar buat website


Jumat, 17 Agustus 2007

Untuk Negeriku


“Indonesia raya merdeka merdeka tanahku negriku yang tercinta
Indonesia raya merdeka merdeka hiduplah Indonesia raya”

Hormat kami kepada sang saka merah putih yang sudah berkibar hingga hari ini, hormat kami kepada para pejuang kemerdekaan dari Sabang sampai Merauke, hormat kami kepada ibu pertiwi dan semua masyarakat Indonesia yang masih peduli dengan negeri ini, Indonesia.

17 Agustus, Indonesia akan merayakan hari kemerdekaan yang sudah 62 tahun yang lalu dikumandangkan oleh para pejuang. Kalau kita coba hitung sudah berapa banyak pejuang yang gugur di medan perang maka jawaban yang sering terdengar “ ya banyak lah”. Tapi kalau pertanyaan saya ubah menjadi “Sudah berapa banyak orang yang tidak peduli terhadap kesemrautan negeri ini?”.

Sejarahlah yang telah mengungkapkan dengan jujur bahwa memang para pahlawan yang dulu berjuang sampai tetes darah penghabisan tidak menuntut imbalan kecuali berkumandangnya nyanyian kemerdekaan. Kesengsaraan akibat penjajahan telah mengajarkan kepada mereka arti sebuah kemerdekaan yang sekarang ini sudah seakan-akan dilupakan. Kesengsaraan itu pula yang mengajarkan mereka untuk berjuang demi anak cucunya yang mereka yakin akan membawa negeri ini menjadi lebih baik dari yang sebelumnya dan ‘dipandang’ di mata dunia.


Apa jadinya kalau para pejuang yang hidup di zaman perjuangan menghadapi penjajah dulu hidup kembali dan menyaksikan apa yang dilakukan para cucunya hari ini.Apakah mereka akan bahagia? atau malah sebaliknya? kalau memang mereka akan bahagia melihat Indonesia hari ini, apa yang sesungguhnya mereka rasa sebagai suatu kebahagiaan? apakah karena kendaraan roda 4 yang sekarang anak cucunya gunakan, atau gedung-gedung tinggi yang menjulang di daerah perkotaan? bagaimana dengan jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan? rumah-rumah di bawah kolong jembatan tanah abang? siswa-siswi suku pedalaman papua yang tidak diperbolehkan bersekolah hanya karena alasan perbedaan suku tempat mereka tinggal?

Betapa ironisnya 62 kemudian saat kita menengok kembali dan merenungkan kembali perjalanan negeri ini sejak kemerdekaan diproklamasikan. Tampak banyak sekali tragedi-tragedi yang menggambarkan warga “negeri yang merdeka” tetap tertindas dan terlunta-lunta di tanah tumpah darahnya sendiri. Masih ingatkah kalian ketika penggusuran rumah demi pembuatan taman mini Indonesia indah tanpa ganti rugi yang cukup? Atau penggusuran rumah demi berjalannya pembangunan taman borobudur?

Apa yang salah dari negeri ini?

Harus ada pemuda-pemuda yang mengubah kebobrokan negeri ini, biarkan kesengsaraan akan kemelut politik 98 mengajarkan kita untuk bersatu demi adanya reformasi, biarkan kesengsaraan yang dialami saudara-saudari kita di poso, di NTB, di porong sidoarjo menjadi semangat kita tuk berbuat lebih. Teruntuk pejuang cendikiawan muda, belajarlah, belajar dan belajar. Karena negeri ini menunggu pejuang-pejuang muda yang mempunyai semangat yang sama ketika soekarno dan hatta di bawa ke rengasdengklok oleh para pemuda tahun ’45.

Kalau bukan kita siapa lagi? sudah rindukah kalian akan kesejahteraan negeri ini? kalau begitu aku pun sama dengan kalian, kita sama-sama rindu akan hal tersebut. Lalu apa yang bisa kita perbuat? Penulis pun merasa bingung mengenai jawaban dari kata-kata tersebut. Tapi bukan berarti itu tidak ada jawaban karena “sehabis gelap terbitlah terang”.

Inget kan kata-kata itu? Iya itu kata-kata R.A Kartini ketika ia menulis buku sebagai bentuk perjuangannya bagi negeri ini.Meskipun terasa berat tapi bukan suatu hal yang mustahil bukan? Meskipun harus berjuang dari hal-hal kecil seperti menjaga lingkungan tetap bersih dari polusi, buang sampah pada tempatnya, belajar, sampai perjuangan diplomasi dengan negara-negara tetangga. Semua itu pasti ada tahap-tahapnya dan yang harus kita lakukan berjuang dari detik ini dengan keahlian apapun yang kita miliki. Jangan pernah mengharapkan imbalan dari negeri ini karena itu sulit, tapi yakinlah semua yang kita lakukan demi kebaikan pasti akan di balas.


Lalu apa yang bisa kita perbuat?


Mungkinkah masalah ini hanya sebagai wacana belaka tanpa ada solusi konkrit?


Masihkah kita berpangku tangan?


Indonesia menunggu para generasi penerus perjuangan selanjutnya....
 
Template by : uniQue template  |  Modified by : Owner Blog