Home blog tutorial free css navigation free template Obral Plus Belajar buat website


Minggu, 02 Desember 2007

Kaum Beragama Negeri Ini

Tuhan,

Lihatlah betapa baik

Kaum beragama

Negeri ini

Mereka tak mau kalah dengan kaum

Beragama lain

Di negeri-negeri lain.


Demi mendapatkan ridhomu

Mereka rela mengorbankan

Saudara-saudara mereka

Untuk merebut tempat

Terdekat disisiMu

Mereka bahkan tega menyodok

Dan menikam hamba-hambaMu sendiri


Demi memperoleh rahmat-Mu

Mereka memaafkan kesalahan dan

Mendiamkan kemungkaran

Bahkan mendukung kezaliman


Yang memiliki kelebihan harta

Membuktikan

Kedekataanya dengan harta

Yang engkau berikan


Yang memiliki kelebihan kekuasaan

Membutikan kedekatannya dengan

Kekuasaannya yang engkau limpahkan


Yang memiliki kelebihan ilmu

Membuktikan

Kedekatannya dengan ilmu

Yang engkau karuniakan.


Mereka yang engkau anugerahi

Kekuatan sering kali bahkan merasa

Diri engkau sendiri

Mereka bukan saja ikut

Menentukan ibadah

Tetapi juga menetapkan

Siapa ke surga siapa ke neraka

Mereka sakralkan pendapat mereka

Dan mereka akbarkan

Semua yang mereka lakukan

Hingga takbir

Dan ikrar mereka yang kosong

Bagai perut bedug

Allah hu akbar walilla ilham.

Karya KH Mustofa Bisri

Simbol Perlindungan Keluarga

Dalam sebuah cerita fargmen kehidupan, ketika 2 orang pria kakak beradik yang ditinggal oleh kedua orangtuanya, Ibunya meninggal dan Ayahnya meninggalkan mereka dengan alasan yang mereka sendiri pun tak mengetahuinya. Adiknya yang bernama Michael pun sering hidup sendiri di rumah yang merupakan warisan orangtuanya karena kakaknya Lincoln sering meninggalkannya sendiri. Bahkan sangat jarang sekali Lincoln pulang ke rumah. Hari beralalu, Michael hidup sendiri dan mencoba menggunakan uang yang ia tahu warisan ibunya untuk sekolah dan melanjutkan ke universitas. Selalu saja setiap hari ia mengurus dirinya sendiri tanpa tahu kakaknya berada dimana dan bagaimana keadaannya. Tetapi, yang menjadi aneh ketika setiap hari Michael bangun ia selalu menjumpai kertas origami yang berbentuk angsa diletekkan di meja sebelah tempat tidurnya. Beberapa minggu sekali kakaknya menemuinya untuk sekedar bertanya akan kabar dan sekedar bertemu.

Setelah Michael mendapatkan gelar sarjana arsitekturnya ia mendapatkan kabar bahwa kakaknya ditangkap oleh polisi karena tertangkap bekerja untuk mafia dengan membunuh seseorang di sebuah tempat parkir mal. Sesaat ia sangat marah kepada kakaknya yang ia tahu jarang datang kepadanya dan sekarang Michael merasa kakaknya seperti menyusahkannya. Michael yang sangat kecewa mencoba menanyakan kenapa Lincoln melakukan hal yang begitu buruk dan ia juga menanyakan semua jatah uang kakaknya yang ia tahu itu merupakan setengah bagian warisan dari ibunya. Tapi sekali lagi kakaknya tak mampu menjelakannya kepada dia. Keesokan harinya ia bertemu dengan teman kakaknya untuk menanyakan tentang semua hal yang telah kakaknya lakukan selama ini, kemana saja uang warisan ibunya digunakan dan dimana kakaknya selama ini tinggal. Tetapi taukah apa yang ia dapatkan dari penjelasan teman kakaknya. Bahwa semua uang yang ia dapatkan selama ini untuk keperluan hidup dan melanjutkan kuliah bukan merupakan warisan ibunya, tetapi uang hasil kakaknya meminjam kepada mafia.

Kakaknya sengaja berbohong bahwa uang itu merupakan warisan ibunya karena dia yakin adiknya pasti tak akan mau menerima uang pinjaman dari orang lain apalagi dari mafia. Ketika malam tiba Michael membaca sebuah surat yang tersimpan di dalam laci meja kerjanya dan diiringi dengan kertas-kertas origami angsa tersebut. Ia semakin mengerti akan arti dari origami angsa yang sering muncul di atas mejanya saat ia bangun dari tidurnya bahwa itu merupakan lambang perlindungan dalam satu keluarga. Ternyata setiap ia tidur kakaknya selalu datang ke dalam kamarnya dan selalu meninggalkan kertas origami angsa tersebut.

Ternyata kertas yang dilipat yang secara kasat mata sangat sederhana tersebut memiliki makna yang begitu mendalam. Bukan hanya nilai seninya yang apik tetapi lebih dari itu semua, yaitu makna perlindungan dalam satu keluarga. Maka tidak ada yang lebih kita syukuri ketika kita memiliki saudara. Bersaudara itu penuh akan pengertian, cinta dan rasa percaya. Dan semakin dekatnya masa hidup kita, maka saudara adalah harta kita yang paling berharga.

Sebuah cerita yang merupakan kutipan dari salah satu serial drama yang menurut saya bagus kalau kita bisa mengambil maknanya. Tetapi kalau kita coba lihat lebih universal bahwa makna keluarga bukan hanya adik saudara kandung yang kita miliki. Semua orang yang mengaku muslim adalah saudara kita. Dalam salah satu hadis Nabi Muhammad SAW pun mengatakan hal yang bernada sama. Sorang muslim merupakan saudara bagi muslim yang lainnya. Bahkan lebih erat lagi Nabi Muhammad SAW mengatakan umat islam itu laksana satu tubuh. Jika yang satu sakit maka yang lainnya pun merasakan hal yang sama.

Menjadi sangat paradoks ketika kita melihat realita sekarang. Banyak sekali konflik yang didasarkan akan perbedaan antar sesama umat muslim.

Ada apa dengan perbedaan?

Ataukah kita menyalahkan perbedaan atas semua konflik yang terjadi?

Bukankah perbedaan itu merupakan rahmat? Lalu kenapa kita tidak bersyukur akan datangnya rahmat tersebut. Inilah yang menjadi PR umat yang harus diselesiakan sesegera mungkin, karena sudah sepatutnya tali ukhuwah umat islam harus dijadikan prioritas. Seperti halnya masalah Indonesia dengan Malaysia, tidakkan kalian melihat kejanggaalan, kita yang sudah lama bertetangga dengan Malaysia tetapi seakan-akan kata persaudaraan menjadi sangat mahal.

Tidakkah kita melihat kejanggalan?

Setelah perdana mentri Malaysia, Mahatir Muhammad, mengatakan umat islam harus bersatu sesegera mungkin sebelum terlambat, ternyata konflik antara Indonesia dan Malaysia semakin sering terjadi. Dan anehnya lagi pernyataan perdana mentri Malaysia tersebut tidak diekspose di media-media dunia.

Tidakkah kita melihat kejanggalan?

Ternyata berpikir dari berbagai sudut menjadi sangat penting ketika kita mengalami suatu konflik. Masih banyak hal yang harus kita klarifikasi atas apa saja yang menyebabkan konflik terjadi dan siapa sebenarnya yang melatar belakangi konflik tersebut. Kedewasaan kita pasti akan membawa kita melihat suatu konflik lebih mendalam karena begitulah seharusnya kita.

Jagalah Persaudaraan ini...

Bergesernya Timbangan Prioritas

Masih ingatkah kita ketika kita baru masuk sekolah, setiap hari guru-guru kita menanyakan apa yang kita cita-citakan kelak, apa yang akan kita lakukan ketika kita nanti dewasa. Kata-kata yang saya yakin pasti akan diingat oleh semua anak di Indonesia bahkan semua anak di dunia ini. lalu masih ingatkah kita apa yang dulu kita katakan untuk menjawab pertanyaan guru-guru kita, setidaknya kita pasti menjawab dengan suara lantang apa yang benar-benar kita cita-citakan pada saat itu. Namun seiring berjalannya waktu, semua realita tersebut seakan bergeser. Kalau dulu kita sering mendengar banyak anak-anak yang ingin menjadi polisi, presiden, bahkan tentara. Berbeda dengan sekarang, banyak anak yang menginginkan dirinya sebagai seorang penyanyi ataupun menjadi seorang artis terkenal. Benar sekali bahwa tidak ada pekerjaan yang lebih baik atau yang lebih buruk, semua itu tergantung apakah pekerjaan itu dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan terlebih lagi dapat memberi dapmpak positif bagi lingkungan sekitar. Kita tidak akan membicarakan mengenai cita-cita apa, salah atau benarrnya cita-cita tersebut, tetapi kita mencoba melihat akan peregeseran pandangan pada anak-anak dan orangtuanya mengenai apa yang mereka pikirkan mengenai sebuah cita-cita.

Dulu banyak orangtua yang menginginkan anaknya menjadi seorang cendikiawan, seorang pemimpin yang cerdas, ataupun menjadi seorang pejuang seperti layaknya pangeran dipenogoro. Mereka berpkir betapa bangganya ketika anak mereka menjadi oarang yang berguna bagi bangsa dan masyarakat. Dimana kehadirannya memberikan dampak positif dan meringankan beban hidup masyarakat yang kita tahu pada masa dahulu Indonesia masih berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan. Mereka mampu memberikan seluruh hartanya hanya untuk anknya bersekolah ke kota. Sebenarnya apa yang mereka pikirkan dengan menyumbangkan seluruh hartanya, karena mereka yakin dan percaya dengan pendidikan maka kesengsaraan yang telah mereka alami dulu akan diringankan oleh anak cucu mereka.

Namun setelah indonesia merdeka selama lebih setengah abad, setelah masa penjajahan berakhir dan begitupula kesengsaraan fisik, pemikiran tersebut seakan menjadi barang langka, ya mungkin karena banyak orang yang berpikir sekarang penjajahan telah berakhir dan kita tidak perlu lagi berjuang keras agar menjadi seorang cendikiawan. Kemana kebanggaan yang dulu selalu para orang tua banggakan terhadap anaknya ketika anaknya menjadi seorang cendikiawan?

Akhir-akhir ini terlihat seakan timbangan prioritas pada masyarakat Indonesia tidak seimbang lagi. Banyak yang lebih memprioritaskan persoalan dunia hiburan dan seni diatas persoalan ilmu pengetahuan dan pendidikan. Apakah kita akan mendapat keuntungan dari suatu hal yang mengandung kerugian? Sudah seharusnya kita kembali menyeimbangkan timbangan prioritas kita dan berhati-hati terhadap media. Berhati-hati terhadap imprealisme kultural dimana seakan-akan budaya yang baik yang kita miliki dianggap sudah kadaluarsa dan sudah tidak cocok pada zaman sekarang.

Teruntuk saudaraku yang telah berubah...

Selasa, 23 Oktober 2007

WALHI dan TERORISME


WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) adalah salah satu organisasi lingkungan terkemuka di Indonesia yang aktif memberikan bantuan bagi perlindungan dan perbaikan kondisi lingkungan di Indonesia. Sebagai sebuah organisasi yang mempunyai jaringan tanpa batas dimana tidak hanya orang Indonesia saja yang boleh menjadi aktivisnya melainkan semua orang di seluruh dunia ini, WALHI sudah sangat banyak membantu Indonesia dalam perbaikan kondisi lingkungan akhir-akhir ini. Sudah menjadi rahasia publik bahwa globalisasi dan kemajuan teknologi telah memberikan pengaruh bagi lingkungan hidup. Ternyata semua dampak positif dan kemudahan dari kemajuan teknologi tidak mampu menutupi bahwa memang kondisi lingkungan di bumi pada umumnya dan di Indonesia khususnya sudah mulai terancam. Terlebih lagi emisi gas buangan dan limbah pabrik yang semakin meningkat seiring majunya perindustrian telah membuat habitat para hewan dan organisme lainnya terganggu. Indonesia dan semua penduduk bumi sudah sepatutnya memberikan rasa terima kasih karena masih banyak orang yang berpikir dan mau mengurus kondisi lingkungan yang sekarang sudah semakin miris. Ya... mungkin WALHI salah satunya.


Namun ada yang mengejutkan ketika suatu hari sebuah media massa lokal memberitakan sebuah kutipan direktur utama PT Newmont Minahasa Raya (NMR) yang merupakan anak perusahaan Newmont Mining Corporation, sebuah perusahaan pertambangan emas dunia yang berkantor di Denver, colorado, AS, Richard B Ness, mengenai keterkaitan antara WALHI dan terorisme. Lucu memang jika kita coba lihat lebih dalam mengenai WALHI itu sendiri. Kenapa? Karena organisasi ini menjunjung prinsip nonviolence yang sangat bertentangan dengan arti dari terorisme itu sendiri. Selain itu organisasi ini sering sekali membantu penduduk yang justru menjadi korban teror aparat keamanan perusahaan industi-industri maju demi menancapkan kuku kekuasaannya di negeri ini dan bahkan tidak jarang aktivis WALHIlah yang justru mendapatkan kekerasan dan teror dari pihak-pihak yang memang tak bertanggung jawab.


Lalu sebenarnya ada apa di balik kutipan tersebut?


Memang sangat tidak relevan jika kita mengaitkan
WALHI dan terorisme, terlebih lagi kita sama-sama tahu bahwa WALHI sangat menghormati pluralisme, WALHI tidak memihak pada satu etnik atau sekelompok saja, WALHI justru membantu siapa saja yang menjadi korban dampak pembangunan sosioekologis.


Lalu sebenarnya ada apa di balik kutipan tersebut?

Atau ada tujuan politis di balik semua tuduhan tersebut?


Anehnya bukan Richard B Ness saja yang mengungkapkan hal tersebut, ternyata seorang senator partai Liberal negara bagian Queensland, Ian Macdonald, menyatakan hal yang sama pada parlemen Australia. Betapa besar inginnya negar-negara maju membantu korporasi besar yang lagi-lagi kita pasti tahu apa yang telah mereka lakukan pada saudara-saudara kita di Sulawesi Utara khususnya Teluk Buyat. Kalau bukan dari limbah perusahaan tersebut lalu dari mana kerusakan lingkungan terjadi di Buyat.

Yap benar sekali, WALHI adalah organisasi yang paling konsisten menyuarakan permasalahan ini, oganisasi ini yang paling konsisten menanyakan dampak buruk yang telah NMR perbuat di Sulawesi Utara. Ternyata strategi ini berjalan efektif, aktivis WALHI banyak menghabiskan waktunya untuk mengklarifikasi daripada mengurus permasalahan NMR itu sendiri. Tapi ada satu hal yang tidak disadari oleh korporasi besar seperti NMR bahwa isu-isu terorisme yang mereka coba mereka mainkan telah secara tak langsung menunjukkan siapa sebenarnya NMR dan korporasi-korporasi besar lainnya seperti Freeport dan Inco.


Jadi siapa sebenarnya yang teroris ???

Surat Ayah Kepada Anaknya


Assalamualaikum wr wb

Sepucuk surat dari seorang ayah

Aku tuliskan surat ini atas nama rindu yang besarnya hanya Allah yang tahu. Sebelum kulanjutkan, bacalah surat ini sebagai surat seorang ayah kepada anaknya yang sesungguhnya bukan miliknya, melainkan milik Tuhannya.

Nak, menjadi ayah itu indah dan mulia. Besar kecemasanku menanti kelahiranmu dulu belum hilang hingga saat ini. Kecemasan yang indah karena ia didasari sebuah cinta. Sebuah cinta yang telah terasakan bahkan ketika yang dicintai belum sekalipun kutemui.

Nak, menjadi ayah itu mulia. Bacalah sejarah Nabi-Nabi dan Rasul dan temukanlah betapa nasehat yang terbaik itu dicatat dari dialog seorang ayah dengan anak-anaknya.

Meskipun demikian, ketahuilah Nak, menjadi ayah itu berat dan sulit. Tapi kuakui, betapa sepanjang masa kehadiranmu di sisiku, aku seperti menemui keberadaanku, makna keberadaanmu, dan makna tugas kebapakanku terhadapmu. Sepanjang masa keberadaanmu adalah salah satu masa terindah dan paling aku banggakan di depan siapapun. Bahkan dihadapan Tuhan, ketika aku duduk berduaan berhadapan dengan Nya, hingga saat usia senja ini.

Nak, saat pertama engkau hadir, kucium dan kupeluk engkau sebagai buah cintaku dan ibumu. Sebagai bukti, bahwa aku dan ibumu tak lagi terpisahkan oleh apapun jua. Tapi seiring waktu, ketika engkau suatu kali telah mampu berkata: "TIDAK", timbul kesadaranku siapa engkau sesungguhnya. Engkau bukan milikku, atau milik ibumu Nak. Engkau lahir bukan karena cintaku dan cinta ibumu. Engkau adalah milik Tuhan. Tak ada hakku menuntut pengabdian darimu. Karena pengabdianmu semata-mata seharusnya hanya untuk Tuhan.

Nak, sedih, pedih dan terhempaskan rasanya menyadari siapa sebenarnya aku dan siapa engkau. Dan dalam waktu panjang di malam-malam sepi,kusesali kesalahanku itu sepenuh -penuh air mata dihadapan Tuhan. Syukurlah, penyesalan itu mencerahkanku.

Sejak saat itu Nak, satu-satunya usahaku adalah mendekatkanmu kepada pemilikmu yang sebenarnya. Membuatmu senantiasa erusaha memenuhi keinginan pemilikmu. Melakukan segala sesuatu karena Nya, bukan karena kau dan ibumu. Tugasku bukan membuatmu dikagumi orang lain, tapi agar engkau dikagumi dan dicintai Tuhan.

Inilah usaha terberatku Nak, karena artinya aku harus lebih dulu memberi contoh kepadamu dekat dengan Tuhan. Keinginanku harus lebih dulu sesuai dengan keinginan Tuhan. Agar perjalananmu mendekati Nya tak lagi terlalu sulit. Kemudian, kitapun memulai perjalanan itu berdua, tak pernah engkau kuhindarkan dari kerikil tajam dan lumpur hitam. Aku cuma menggenggam jemarimu dan merapatkan jiwa kita satu sama lain. Agar dapat kau rasakan perjalanan rohaniah yang sebenarnya. Saat engkau mengeluh letih berjalan, kukuatkan engkau karena kita memang tak boleh berhenti. Perjalanan mengenal Tuhan tak kenal letih dan berhenti.

Nak. Berhenti berarti mati, inilah kata-kataku tiap kali memeluk dan menghapus air matamu, ketika engkau hampir putus asa.

Akhirnya Nak, kalau nanti, ketika semua manusia dikumpulkan di hadapan Tuhan, dan kudapati jarakku amat jauh dari Nya, aku akan ikhlas. Karena seperti itulah aku di dunia. Tapi, kalau boleh aku berharap, aku ingin saat itu aku melihatmu dekat dengan Tuhan. Aku akan bangga Nak, karena itulah bukti bahwa semua titipan bisa kita kembalikan kepada pemiliknya. Dari ayah yang senantiasa merindukanmu.

Sebuah tulisan yang saya sendiri pun tak tahu siapa penulisnya, tapi yang saya tahu
Ia menyadarkan saya akan betapa besar kecintaan orangtua…

Entah mengapa air mata menetes ketika tulisan itu ku baca dan ku mau kau pun merasakan apa yang aku rasakan. Sahabat, cintailah ayahmu selagi ia disampingmu...

Sayang ayah sungguh…

Kamis, 20 September 2007

Dongeng Prometheus

Menarik sekali ketika suatu hari saya membaca sebuah dongeng. Ya walaupun hanya beberapa lembar narasi fiksi yang tidak ada dasar yang kuat dengan kebenarannya.

Sering kali sebuah dongeng dapat membuat pembacanya tersenyum terhanyut dalam aliran konfliks ataupun antiklimaks dongeng tersebut dan mungkin , itu juga yang jadi alasan para orangtua khususnya para kaum ibu sering sekali menceritakan sebuah dongeng atau cerita-cerita bermakna lain untuk anaknya disaat waktu tidur menjelang.

Akan sangat menarik memang jika kita coba melihat lebih dalam isi cerita daripada hanya membaca sebuah narasi yang lebih banyak berisi kisah-kisah bertabur keceriaan yang kurang beramakna atau sekedar kisah yang sering dianggap orang hanya teman sebelum tidur.

Dongeng ini berasal dari yunani yang memang terkenal kental akan suasana kepercayaan akan adanya dewa-dewa. Dongeng ini berceritakan Prometheus yang merupakan pembantu dewa zeus dalam menciptakan menusia. Prometheus begitu kasihan melihat manusia yang hidup di bumi disiksa dan diperlakukan semena-mena oleh dewa zeus. Setiap hari Prometheus melihat perlakuan dewa zeus terhadap manusia dan ia pun memutuskan untuk membantu manusia. Suatu malam, dengan diam-diam dan sangat hati-hati Prometheus mencuri api suci milik dewa zeus. Api suci itu mengandung segala macam ilmu pengetahuan yang digunakan dewa zeus untuk menopang kekuasaannya. Prometheus memberikan api suci itu kepada manusia. Mengetahui hal itu dewa zeus pun murka. Sebagai ganjaran atas pengkhianatannya Prometheus dihukum salib di gunung kaukasus. Sedangkan untuk menghukum manusia yang menguasai ilmu pengetahuan yang merupakan kekuatan dari api suci dewa zeus mengirimkan sebuah kota ajaib dari kayu yang dibawa oleh wanita yang sangat cantik bernama Pandora. Sehingga kotak itu dinamakan kotak Pandora. Setelah manusia membuka kotak itu maka berhamburanlah dari kotak itu segala macam musibah bencana yang tidak akan putus-putusnya menimpa manusia.

Sebenarnya ada hal yang tersirat dari cerita dongeng tersebut dan menurut saya sangat menarik untuk dibahas. Dalam dongeng itu diceritakan hubungan yang tidak harmonis antara manusia dan tuhannya dimana tuhan selalu membuat sengsara manusia dan manusia pun menyimpan dendam dengan hal itu. Ya walaupun hanya sebuah dongeng yang sekali lagi belum tentu akan kebenarannya. tetapi, jika kita coba kaitkan dengan pandangan akan adanya pemisahan antara ilmu pengetahuan dan agama oleh mereka yang mengaku orang barat mungkin cerita dongeng ini bisa memberi sedikit opini ke arah sana. Betapa tidak? Hubungan tidak harmonis antara manusia dan tuhan yang diceritakan pada dongeng tersebut seperti memberikan stigma bahwa memang seharusnya ilmu pengetahuan yang dikuasai manusia harus dipisahkan oleh agama yang erat kaitannya dengan keberadaan tuhan. Dongeng tersebut seperti memberikan vonis bahwa agama adalah musuh ilmu pengetahuan. Ya walaupun dongeng tersebut tidak bisa dijadikan dasar yang kuat, tapi ingatkah kita akan sejarah pemberian hukuman mati Galileo galilei oleh inkuisisi gereja??? Atau bagaimana Copernicus di bakar hisup-hidup oleh inkuisisi gereja??? Ada apa sebenarnya dengan ilmuwan-ilmuwa tersebut dan apa memang yang mereka lakukan selain melakukan penelitian demi kemajuan penetahuan??? Seluruh manusia di bumi ini pasti telah melihat bagaimana tragedi Hiroshima dan Nagasaki memberikan gambaran ketika sebuah ilmu pengetahuan yang tidak diiringi oleh kekuatan akhlak. Ilmu pengetahuan yang sudah seharusnya memberikan manfaat kepada manusia malah menjadi mesin penghancur peradaban manusia. Masihkah konsepsi ini kita bisa pertahankan??? Apa jadinya 50 tahun lagi dengan peradaban manusia???, bukan mustahil akan akan muncul tragedi yang sama seiring majunya teknologi nuklir yang disalahgunakan. Kalau begitu apa jadinya peradaban manusia pada 100 tahun kedepan???

Adakah konsepsi yang lebih baik dari itu semua? Sudah jelas memang bahwa sepatutnya sebuah ilmu pengetahuan harus diiringi dengan kekuatan akhlak yang kita peroleh dari agama. Ilmu pengetahuan adalah anugerah tuhan kepada manusia. Ilmu pengetahuan telah mengubah pradaban manusia menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Masih belum cukup bagaimana kebersamaan antar agama dan ilmu pengetahuan mensejahterakan kota Andalusia beberapa abad silam. Disaat orang-orang eropa belum mengenal adanya mandi atau disaat orang-orang eropa masih tidur satu atap dengan hewan ternaknya.Umat islam di Andalusia telah mengenal adanya taharah (bersuci) dengan mebersihkan badan. Ini adalah konsepsi Ilmu agama yang berjalang beriringan dengan Ilmu pengetahuan. Satu contoh yang saya rasa telah mewakili bahwa tidak ada keraguan dengan konsep Agama yang berjalan beriringan dengan Ilmu pengetahuan.

Kenapa konsepsi pemisahan ini masih saja dipertahankan sampai sekarang???

Apakah memang dongeng tersebut dijadikan dasar orang-orang yang meranggapan bahwa ilmu pengetahuan harus dipisahkan dengan agama???

Atau ada rencana politis di balik itu semua???

Lalu bagaimana dengan peristiwa hukuman mati yang diberikan kepada Copernicus dan Galileo oleh inkuisisi gereja???

Wallahu a’lamu bis showab…

Selasa, 04 September 2007

Pendidikan sebagai Komoditas ???


Reso-pa temmangingi naletei pamamasedewata sewa-E ( kesuksesan yang diridhai Tuhan Yang Maha Esa hanya bisa diraih melui reso(ikhtiar), usaha gigih, dan kerja keras)

Sudah tidak dipungkiri lagi pendidikan adalah salah satu jalan menuju kesuksesan, baik kesuksesan fisik maupun mental dan rohani. Sudah tak dipungkiri juga majunya pendidikan suatu negeri akan berimbas positif bagi pembangunan negeri tersebut.

Masih ingat ketika dulu budi utomo dibentuk? Sejarah telah menulis bahwa pendidikan menjadi aset yang sangat vital bagi pergerakan kemajuan bangsa ini. Pendidikan menyebabkan manusia mampu menyadari akan akalnya, pendidikan pun menyadarkan manusia akan persamaan derajat, hak asasi, dan kewajiban membela bangsa.

Namun apa jadinya jika pendidikan dijadikan komoditas perdagangan. Siapa yang nantinya bertanggungjawab akan pembangunan negeri ini. Siapa yang bertanggung jawab akan penanaman nilai kebangsaan bagi para tunas muda Indonesia kalau penananm modal asing diperbolehkan menginvestasikan uangnya pada bidang yang sangat vital ini.

Meskipun pemerintah telah membatasi sebanyak 49 persen saja penanam modal asing boleh menanamkan modalnya, tapi bukan berarti mereka tidak berhak memberikan pengaruh kebijakan dalam berjalannya pendidikan.Seberapa kecilnya investasi yang diberikan investor asing bagi pendidikan dasar dan menengah nantinya akan sedikit banyak berpengaruh terhadap setiap kebijakan dalam pelaksanaan pendidikan itu sendiri.

Rencana Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (RUUBHP) dan peraturan presiden Nomor 77/2007 tentang penanaman Modal Asing dalam bidang pendidikan harus benar-benar kita kritisi. Walaupun faktanya bangsa ini memang kekurangan dalam hal pendanaan dalam bidang pendidikan. Sekali lagi ini harus dikritisi, memang sudah begitu miskinnya negara ini sehingga tak mampu lagi menopang biaya pendidikan? Bagaimana dengan tambang-tambang kekayaan alam di negeri papua? Bagaimana dengan kekayaan laut yang berada mengelilingi Indonesia? Masih belum cukupkah kekayaan itu.

Kita harus menyadari bahwa Persoalan pendidikan bukan sebatas hitungan untung dan rugi. Didalamnya terdapat nilai esensial berupa visi dan misi ideologi bangsa, didalamnya berisi ajaran yang luhur mengenai kebangsaan satu tanah air Indonesia. Kekhawatiran ini bukan tak beralasan. Kepada segenap bangsa Indonesia ini harus disadari benar setiap kebijakan yang dikeluarkan dan sudah sepatutnya sebagai bagian dari negeri ini kita mengawasi betul dan mengkritisi apa yang memang perlu dierbaiki. Permasalahan pendidikan erat kaitannya dengan generasi penerus bangsa. Generasi penerus bangsa erat kaitannya dengan pembangunan Indonesia kelak. Majukan pendidikan negeri yang bobrok ini bersama-sama. Hanya dengan pendidikan moral dan material negeri ini akan mempunyai ketahanan terhadap budaya yang merusak, budaya yang merupakan rancangan orang-orang yang sadar bahwa negara ini punya potensi lebih. Potensi yang sering orang lupakan, potensi alam yang seakan dibiarkan begitu saja sehingga bangsa asing yang menyadarinya berlomba-lomba memanfaatkan demi kepentingan mereka.

Kita punya ‘PR’ besar mengenai pendidikan dan masihkan kita belum menyadarinya?

Seni Ketidakmungkinan


Siapa yang rela menghabiskan energinya untuk bermimpi agar manusia bisa ke bulan, siapa juga yang rela menghabiskan energinya untuk berpimpi agar bisa terbang layaknya seekor burung di angkasa. Namun kenapa ada manusia mampu mendarat di bulan? lalu bukankah pesawat yang mengantarkannya ke bulan?

Kalau kita coba renungkan sebenarnya apa yang dipikirkan pemuda 23 tahun yang hidupnya ‘terlihat’ belum mapan segala hal, Muhammad Al-Fatih Murad, sehingga ia yakin akan arti sebuah perjuangan melawan ketidakmungkinan. Bahkan ketika ia berumur 16 tahun ayahnya yang murapakan raja memberikannya kesempatan untuk memimpin tapi ternyata ia gagal. 7 tahun kemudian Ia berhasil meluluhlantahkan kekuatan terbesar militer di dunia saat itu. Konstantinopel berhasil ia rebut dan Ternyata paradigma kepemimpinan pun diubah oleh anak muda ini, tinta emas pun ia torehkan. Sebuah pemikiran yang belum pernah ada pada zaman itu. Ia mampu keluar dari kotak paradigma dan mencapai luasnya langit kreatifitas dan inovasi yang sampai sekarang masyarakat dunia menaruh hormat.

Inilah seni dari ketidakmungkinan, selalu ada harapan bagi orang-orang yang menaruh mimpinya di depan kepalanya. Mereka bukan orang yang gila akan angan-angan, bukan pula orang yang sering menghabiskan waktunya hanya untuk melamun. Mereka selalu bertindak secara konkrit bukan hanya berpikir di tataran teoritis.

Ada cerita menarik ketika ada seorang pelaut yang tenggelam di tengah laut, karena kemampuan berenangnya yang sudah tidak diragukan lagi ia pun mampu bertahan di tengah laut. Tiba-tiba ada seorang nelayan yang sedang mencari ikan mendekatinya dan bertanya “ apakah anda membutuhkan bantuan ?” seketika ia pelaut itu menjawab “ tidak terimakasih tuhan akan menyelamatkan saya” dan nelayan itu pun pergi. Beberapa saat selanjutnya muncul nelayan yang berbeda tetapi mengajukan pertanyaan yang sama “ apakah anda membutuhkan bantuan saya?” dan kembali lagi pelaut itu menjawab “ tidak terimakasih tuhan akan meyelamatkan saya” dan nelayan kedua ini pun pergi meninggalkan pelaut tadi. Akhirnya pelaut ini pun tak tahan lagi menahan rasa letihnya dan ia tenggelam di tengah laut. Entah bagaimana setelah ia meninggal karena tenggelam ia bertanya kepada tuhan “ ya tuhan kenapa tak kau selamatkan aku di tangah laut?” dan entah bagaimana tuhan menjawab “ bukankah telah datang kepadamu orang yang menawarkan bentuan untuk menyelematkanmu di tengah laut?”

Cerita di atas dikutip dari percakapan seorang ayah kepada anaknya dalam film persiut of happyness . Sebenarnya cerita sederhana tersebut memberikan gambaran secara tersirat mengenai makna perjuangan, usaha, dan hasil. Seni dari ketidakmungkinan bukan konsep dimana didalamnya terdapat mukjizat ataupun keberuntungan semata, lebih dari itu semua tentunya. Usaha dan perjuangan tak kenal henti tentunya yang menjadi bagian terbesar dari seni ini sedangkan hasil akan mengikutinya. Tetapi ada karakter dari hasil yang sering kita lupakan, bahwa hasil bukan segalanya dan hasil ini merupakan konsep takdir yang pastinya telah tuhan atur. Tak semua yang kita anggap baik maka baik pula di mata tuhan dan begitu pula sebaliknya.

Dalam kehidupan seorang manusia sering terjebak dalam gua gelap yang manusia pun senang di dalamnya. Gua kemapanan dan keteraturan (dikutip dari tulisan socrates) Meskipun mereka senang di dalamnya tapi semua itu kosong. Mereka melupakan cita-cita luhur mereka. Mereka takut akan kelaparan yang akan mereka derita. Oleh karenanya seni ketidakmungkinan ini hanya bisa dirasakan oleh orang-orang tertentu saja, orang-oarng yang dipilih zaman untuk membuat perubahan.

Lalu sudah sampai mana perjuangan kita?

Yakinkah kita sudah berada dalam jalan yang sama dengan golongan tersebut?

Berjuanglah demi negeri ini....

Jumat, 17 Agustus 2007

Untuk Negeriku


“Indonesia raya merdeka merdeka tanahku negriku yang tercinta
Indonesia raya merdeka merdeka hiduplah Indonesia raya”

Hormat kami kepada sang saka merah putih yang sudah berkibar hingga hari ini, hormat kami kepada para pejuang kemerdekaan dari Sabang sampai Merauke, hormat kami kepada ibu pertiwi dan semua masyarakat Indonesia yang masih peduli dengan negeri ini, Indonesia.

17 Agustus, Indonesia akan merayakan hari kemerdekaan yang sudah 62 tahun yang lalu dikumandangkan oleh para pejuang. Kalau kita coba hitung sudah berapa banyak pejuang yang gugur di medan perang maka jawaban yang sering terdengar “ ya banyak lah”. Tapi kalau pertanyaan saya ubah menjadi “Sudah berapa banyak orang yang tidak peduli terhadap kesemrautan negeri ini?”.

Sejarahlah yang telah mengungkapkan dengan jujur bahwa memang para pahlawan yang dulu berjuang sampai tetes darah penghabisan tidak menuntut imbalan kecuali berkumandangnya nyanyian kemerdekaan. Kesengsaraan akibat penjajahan telah mengajarkan kepada mereka arti sebuah kemerdekaan yang sekarang ini sudah seakan-akan dilupakan. Kesengsaraan itu pula yang mengajarkan mereka untuk berjuang demi anak cucunya yang mereka yakin akan membawa negeri ini menjadi lebih baik dari yang sebelumnya dan ‘dipandang’ di mata dunia.


Apa jadinya kalau para pejuang yang hidup di zaman perjuangan menghadapi penjajah dulu hidup kembali dan menyaksikan apa yang dilakukan para cucunya hari ini.Apakah mereka akan bahagia? atau malah sebaliknya? kalau memang mereka akan bahagia melihat Indonesia hari ini, apa yang sesungguhnya mereka rasa sebagai suatu kebahagiaan? apakah karena kendaraan roda 4 yang sekarang anak cucunya gunakan, atau gedung-gedung tinggi yang menjulang di daerah perkotaan? bagaimana dengan jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan? rumah-rumah di bawah kolong jembatan tanah abang? siswa-siswi suku pedalaman papua yang tidak diperbolehkan bersekolah hanya karena alasan perbedaan suku tempat mereka tinggal?

Betapa ironisnya 62 kemudian saat kita menengok kembali dan merenungkan kembali perjalanan negeri ini sejak kemerdekaan diproklamasikan. Tampak banyak sekali tragedi-tragedi yang menggambarkan warga “negeri yang merdeka” tetap tertindas dan terlunta-lunta di tanah tumpah darahnya sendiri. Masih ingatkah kalian ketika penggusuran rumah demi pembuatan taman mini Indonesia indah tanpa ganti rugi yang cukup? Atau penggusuran rumah demi berjalannya pembangunan taman borobudur?

Apa yang salah dari negeri ini?

Harus ada pemuda-pemuda yang mengubah kebobrokan negeri ini, biarkan kesengsaraan akan kemelut politik 98 mengajarkan kita untuk bersatu demi adanya reformasi, biarkan kesengsaraan yang dialami saudara-saudari kita di poso, di NTB, di porong sidoarjo menjadi semangat kita tuk berbuat lebih. Teruntuk pejuang cendikiawan muda, belajarlah, belajar dan belajar. Karena negeri ini menunggu pejuang-pejuang muda yang mempunyai semangat yang sama ketika soekarno dan hatta di bawa ke rengasdengklok oleh para pemuda tahun ’45.

Kalau bukan kita siapa lagi? sudah rindukah kalian akan kesejahteraan negeri ini? kalau begitu aku pun sama dengan kalian, kita sama-sama rindu akan hal tersebut. Lalu apa yang bisa kita perbuat? Penulis pun merasa bingung mengenai jawaban dari kata-kata tersebut. Tapi bukan berarti itu tidak ada jawaban karena “sehabis gelap terbitlah terang”.

Inget kan kata-kata itu? Iya itu kata-kata R.A Kartini ketika ia menulis buku sebagai bentuk perjuangannya bagi negeri ini.Meskipun terasa berat tapi bukan suatu hal yang mustahil bukan? Meskipun harus berjuang dari hal-hal kecil seperti menjaga lingkungan tetap bersih dari polusi, buang sampah pada tempatnya, belajar, sampai perjuangan diplomasi dengan negara-negara tetangga. Semua itu pasti ada tahap-tahapnya dan yang harus kita lakukan berjuang dari detik ini dengan keahlian apapun yang kita miliki. Jangan pernah mengharapkan imbalan dari negeri ini karena itu sulit, tapi yakinlah semua yang kita lakukan demi kebaikan pasti akan di balas.


Lalu apa yang bisa kita perbuat?


Mungkinkah masalah ini hanya sebagai wacana belaka tanpa ada solusi konkrit?


Masihkah kita berpangku tangan?


Indonesia menunggu para generasi penerus perjuangan selanjutnya....
 
Template by : uniQue template  |  Modified by : Owner Blog